Cari Blog Ini

Senin, 15 April 2013

Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik, tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk populer diantara kawan-kawan, pokoknya \'gaul abis\'. Namun demikian aku masih mampu menjaga kefatmaanku sampai.. Suatu saat aku dan enam orang kawan Fatma (19), Fadel (20), Acong (22), Juntak (22), Pitul (23) dan Andri (20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di Puncak.


Fatma walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Fatma telah berpacaran cukup lama dengan Acong. Diantara kami bertiga Fadel yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Juntak, sangat tergila-gila dengannya. Sementara aku, Andri dan Pitul masih \'jomblo\'. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.



Acara ke Puncak kami mulai dengan \'hang-out\' disalah satu kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Fatma yang ada sementara Fadel entah kemana. Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum. Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Juntak dan Fadel. Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.



Adegan ciuman itu bertambah \'panas\' mereka saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Juntak menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas payudara yang menyebabkan Fadel mendesah-desah, suaranya desahannya terdengar sangat sensual. Disibakkannya t-shirt Fadel dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas payudara Fadel. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Juntak berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Fadel keberatan. Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.
"Jangan To" tolak Fadel.
"Kenapa sayang" tanya Juntak.
"Aku belum pernah.. gituan"
"Makanya dicoba sayang" bujuk Juntak.
"Takut To" Fadel beralasan.
"Ngga apa-apa kok" lanjut Juntak membujuk
"Tapi To"
"Gini deh", potong Juntak, "Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti"
"Janji ya To" sahut Fadel ingin meyakinkan.
"Janji" Juntak meyakinkan Fadel.



Juntak tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Fadel yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun g-string Fadel. Dengan hati-hati Juntak membuka kedua paha Fadel dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Fadel bergetar merasakan lidah Juntak.
"Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too"
Mendengar desahan Fadel, Juntak semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Fadel dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Fadel, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Juntak, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.



Fadel semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Juntak melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Fadel sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi. Juntak tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Fadel. Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Juntak di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Fadel tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.



Juntak kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Juntak mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Anggie. "Jangan To, katanya cuma cium aja" sergah Fadel.
"Rileks An" bujuk Juntak, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Fadel.
"Tapi.. To.. oohh.. aahh" protes Fadel tenggelam dalam desahannya sendiri.
"Nikmatin aja An"
"Ehh.. akkhh.. mpphh" Fadel semakin mendesah
"Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi"
"He eh To.. eesshh"
"Enak An..?"
"Ehh.. enaakk To"
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan \'live\' seperti itu.



Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Fadel yang terdengar.
"Aku masukin ya An" pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Juntak langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Fadel.
"Aakhh.. To.. eengghh" erang Fadel cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Juntak lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Fadel.
"Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg" Fadel meracau.
"Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh"
"Aku juga suka kamu isep To.. ahh" Fadel menyorongkan dadanya membuat Juntak bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Fadel yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.



Juntak tahu Fadel sudah pada situasi \'point of no return\', ia merebahkan badannya menindih Fadel dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Fadel dan.. kulihat Juntak menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Fadel.
"Auuwww.. To.. sakiitt" jerit Fadel.
"Stop.. stop To"
"Rileks An.. supaya enak nanti" bujuk Juntak, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
"Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin"
Terlambat.. seluruh kejantanan Juntak telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Fadel. Beberapa saat Juntak tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Fadel kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Juntak membuat birahi Fadel terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Juntak yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Fadel.



Juntak memahami sekali keadaan Fadel, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging Fadel yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.
"Uhh.. ohh.. To" desah kenikmatan Fadel, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Juntak tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
"Agghh.. ohh.. terus Too" Fadel meracau merasakan kejantanan Juntak yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Juntak tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
"Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too" Fadel tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya. Pinggul Juntak yang turun naik dan kaki Fadel yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
"Ssshh.. sshh" desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat \'life show\' Juntak dan Fadel terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Fadel.
"Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii" Fadel terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
"Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya"
"Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too"
"Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh"
"Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh" desah Fadel seraya memeluk, pujian Juntak rupanya membuat Fadel lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Juntak.
"Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh" merasakan goyangan Fadel Juntak semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
"Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang" pekik Fadel.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
"Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh" erang Fadel.
Juntak menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.



Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat, bayang-bayang Juntak menyetubuhi Fadel begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian sensitif di tubuhku namun keberadaan Fatma sangat mengganggu, menjelang ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul kembali hanya saja bukan Fadel yang sedang disetubuhi Juntak tetapi diriku.



Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Fatma dan Acong menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.



Selesai dari kamar mandi aku mencari Fatma dan Acong, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan \'live show\' yang spektakuler. Tubuh Fatma setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Acong berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Fatma, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Fatma, tak lama kemudian Acong meletakan kedua tungkai kaki Fatma Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan \'live show\' bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.

"Aaahh.. sshh.. eehh" desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Fatma! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
"Ehh Han.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?" sapa Fatma terkejut.
"Iya Si.. balik lagi.. perut mules"
"Aku suruh Acong beli obat ya"
"Ngga usah Si.. udah baikan kok"
"Yakin Han?"
"Iya ngga apa-apa kok" jawabku meyakinkan Fatma yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.


Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Andri langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Fatma dan Acong menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Fadel dan Juntak. Tinggal aku, Pitul dan Andri, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Pitul yang pertama melihat kegelisahanku.
"Kenapa Han, gelisah banget horny ya" tegurnya bercanda.
"Ngga lagi, ngaco kamu Ton" sanggahku.
"Kalau horny bilang aja Han.. hehehe.. kan ada kita-kita" Andri menimpali.
"Rese\' nih berdua, nonton aja tuh" sanggahku lagi menahan malu.



Pitul tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Pitul tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
"Santai Han, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal" bisik Pitul sambil meremas pundakku.
Remasan dan terpaan nafas Pitul saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Pitul menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
"Remas aja paha aku Han daripada rok" bisik Pitul lagi.
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang \'geboy\' saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Pitul dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
"Ngga usah malu Han, santai aja" lanjutnya lagi.
Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang \'wow\' kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Pitul melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.



Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Pitul sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Pitul yang semakin menjadi-jadi.
"Han gue suka deh liat leher sama pundak kamu" bisik Pitul seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
"Jangan Ton" namun aku berusaha menolak.
"Kenapa Han, cuma pundak aja kan" tanpa perduli penolakanku Pitul tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha \'jaim\'.
"Ton.. ahh" desahku tak tertahan lagi.
"Enjoy aja Han" bisik Pitul lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
"Ohh Ton" aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat \'live show\' dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Pitul di leher dan telingaku. Andri yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.



Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Pitul semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Andri di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.
"Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh" desahanku bertambah keras.
Andri menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Pitul juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.



"Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh" desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Pitul menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.



Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Andri kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
"Aaahh.. Tonn.. Drii.. teruss.. sshh.. enakk sekalii"
"Nikmatin Han.. nanti bakal lebih lagi" bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
Mendengar kata \'lebih lagi\' aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Pitul melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
"Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh" jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.



Pitul dan Andri menyudahi \'hidangan\' pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara dan Pitul di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku. Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Andri mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Pitul sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.



Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai \'hidangan\' utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut Pitul yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Pitul menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Andri yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.



"Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh" rintihku tak tertahankan lagi.
Pitul kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.



"Jilat.. Han" perintahnya tegas.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.
"Aaahh.. Hanr.. jilat terus.. nngghh" desah Andri.
"Jilat kepalanya Han" aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis desis.
"Ssshh.. nikmat sekali Hanr.. isep sayangg.. isep" pintanya diselah-selah desisannya.



Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Andri meringis.
"Jangan pake gigi Han.. isep aja" protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.
"Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Han"
Melihat Andri saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Pitul yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Andri yang separuhnya berada dalam mulutku.



Beberapa saat kemudian Andri mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..
"Aaagghh.. nikmatt.. Hanr.. aku.. kkeelluaarr" jerit Andri, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.



Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. Pitul tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa.
"Gila Andri.. kira-kira dong" celetukku sambil bersungut-sungut.
"Sorry Han.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget" jawab Andri dengan tersenyum.
"Udah Han jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka" sela Pitul seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
Pitul benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Pitul membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Pitul menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.



Pitul merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Pitul.
"Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh" desisku tak tertahan.
"Teruss.. Tonn.. aakkhh"
Aku menjadi lebih menggila waktu Pitul mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
"Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh" desahanku semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian Pitul merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. Pitul membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.



"Aauugghh.. Tonn.. pelann" jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.
Pitul menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Pitul.
"Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn" desahku lirih.
Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.
"Enak.. Han" tanya Pitul berbisik.
"He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh"
"Nikmatin Han.. nanti lebih enak lagi" bisiknya lagi.
"Ooohh.. Tonn.. ngghh"



Pitul terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Pitul menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.
"Auuhh.. sakitt Tonn" jeritku saat kejantanannya merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Pitul menghentikan tekanannya.
"Pertama sedikit sakit Han.. nanti juga hilang kok sakitnya" bisik Pitul seraya menjilat dan menghisap telingaku.
Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik Pitul yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku.



Pitul kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.
"Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh" desahku tak tertahan.
"Ohh.. Hanr.. enak banget punya kamu.. oohh" puji Pitul diantara lenguhannya.
"Agghh.. terus Tonn.. teruss" aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Pitul di kemaluanku.
Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Pitul menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.
"Pituli.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn" jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk Pitul erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.



Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Pitul mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Pitul sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Pitul, Andri yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.



Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Andri kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kejantanan Pitul mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.
"Aaargghh.. Hanr.. enak banget.. terus Han.. goyang terus" erang Pitul.
Erangan Pitul membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.



Andri yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Pitul duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.
"Isep Han" pinta Pitul, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
"Ooohh.. enak Han.. isep terus"
Bersamaan dengan itu kurasakan Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Andri-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Pitul-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan Andri serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan Pitul kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.



"Hanr.. terus Hanr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh" erang Pitul.
Aku tahu Pitul akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Pitul.
"Aaagghh.. nikmat banget Hanr.. isep teruss.. telan Hanr" jerit Pitul, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Pitul, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Pitul yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.



Pitul beranjak meninggalkan aku dan Andri, sepeninggal Pitul aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam posisi \'doggy\' dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.
"Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh"
"Enak banget Drii.. aahh.. oohh"
Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.



Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut kejantanan dan Ibu jarinya.
"Andrii.. kenapa dicabutt" protesku.
"Masukin lagi Dri.. pleasee" pintaku menghiba.
Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
"Andrii.. pleasee.. jangan disitu" aku menghiba meminta Andri jangan melakukannya.
Andri tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.



"Aduhh sakitt Drii.. akhh..!" keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri.
"Rileks Han.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya" bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.
"Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii" erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Andri yang besar itu.
Andri dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.



Pitul yang sudah pulih dari \'istirahat\'nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif Pitul kami pindah kekamar tidur, jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka. Pitul merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam vaginaku. Andri yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.



Andri yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada didalam anusku. Pitul langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga payudaraku. Andri dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Pitul melengkapinya dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku. Hantaman-hantaman Pitul yang semakin buas dibarengi sodokan Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.



"Aaagghh.. ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann" jerit dan erangku tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Pitul kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
"Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii"
"Aaarrghh.. Hanr.. enakk bangeett"
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.



Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Andri dan Pitul yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai. Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila \'dijarah\' oleh dua atau tiga pria sekaligus.





1 komentar: