Cari Blog Ini

Jumat, 26 April 2013

berpindah pasangan SEX



Nama saya Agus, saya berumur 28 tahun, baru 3 (tiga) bulan bekerja di suatu perusahaan asing di Jakarta, atasan saya Mr. Fajar Handerson, berasal dari Amerika, kira-kira berumur 40 tahun. Dalam waktu singkat Rich demikian teman-teman di kantor suka memanggilnya, telah sangat akrab dengan saya, karena kebetulan kami mempunyai hobi yang sama yaitu bermain golf. Perusahaan tempat kami bekerja adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang advertising. Menurut cerita-cerita teman-teman istri Fajar, yang berasal dari Amerika juga, sangat cantik dan badannya sangat seksi, seperti bintang film Hollywood. Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan istri Fajar, hanya melihat fotonya yang terletak di meja kerja Fajar. Suatu hari saya memasang foto saya berdua denga Ayu istri saya, yang berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Fajar melihat foto itu, secara spontan dia memuji kecantikan Ayu dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Fajar sering melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.
Suatu hari Fajar mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.
“Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Ayu juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.
Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Ayu. Pada mulanya Ayu agak segan juga untuk pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Fajar dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Ayu mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas. Kalau melihat Ayu, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.
Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Fajar yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik, sementara Ayu memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun. Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh Agus dan Ayu yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Fajar”.
Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Fajar. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Ayu istriku”.
Setelah Ayu berkenalan dengan Lillian, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Fajar mengajakku ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.
Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Fajar segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu gimana?”.
Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu. Sambil masih tersenyum-senyum, Fajar melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Ayu dan Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok!”.
Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue film. Tapi dilain pihak kalau membayangkan Ayu dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Fajar telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Ayu sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!”.



“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Fajar.
“Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap mulut mungil Lillian itu.
Kemudian lanjut Fajar meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Ayu aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga, apakah Fajar akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau begitu tidak rela aku. Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Fajar cepat-cepat menambahkan, “Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya, “Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Ayu di sampingku”.
Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Fajar. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar. Melihat tanda-tanda itu, Fajar mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Ayu, “Nin.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Ayu, Fajar segera berdiri, menarik kursi Ayu dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah. Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku. “Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Fajar mulai bergerilya di pundak dan punggung Ayu, memijit-mijit dan mengusap-usap halus. Sementara Ayu kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Fajar yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.
Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut. Terlihat tindakan Fajar semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Ayu hingga kancing terakhir. BH Ayu segera menyembul, menyembunyikan dua bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata Ayu terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga, “Apakah Ayu telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Fajar?, atau apakah Ayu pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Fajar?”. Ayu tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Ayu seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Fajar dikulitnya dan ciuman nafsu Fajarpun disambutnya dengan gairah.
Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Fajar yang sedang duduk di sampingku. Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengerjai wanita mungil. Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh.., aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Sementara itu di ruang sebelah, Fajar telah meningkatkan aksinya terhadap Ayu, terlihat Ayu telah dibuat polos oleh Fajar dan terbaring lunglai di sofa. Badan Ayu yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Fajar. Kemudian Fajar menarik Ayu berdiri, dengan Fajar tetap di belakangnya, kedua tangan Fajar menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Ayu, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka, menunjukan Ayu menikmati benar permainan dari Fajar terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Fajar berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Fajar meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan Ayu yang bersandar lemas pada badan Fajar, bergetar dengan hebat.
Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri. Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang. Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Fajar, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.
Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya. Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan dengan suara keras, ” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat bersamaan suara Ayu terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, “Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat Fajar pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Ayu sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Fajar sedang berjongkok diantara kedua paha Ayu yang sudah terpentang dengan lebar, kepalanya terbenam diantara kedua paha Ayu yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Fajar sedang mengaduk-aduk kemaluan Ayu yang mungil itu. Terlihat badan Ayu menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Fajar dengan kuat.
Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan, “Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot penisku. “Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme. Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.
Ketika aku menengok ke arah Fajar dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Ayu kini telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Ayu bersandar pada sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Fajar. Fajar mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Ayu yang telah terpentang lebar. Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Fajar yang terletak diantara kedua pahanya yang berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.
Terlihat Fajar memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan Ayu yang sudah sedikit terbuka, terlihat Ayu dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Fajar yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya. Kedua tangan Ayu kelihatan mencoba menahan badan Fajar dan badan Ayu terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Fajar pada bibir vaginanya, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Ayu dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Ayu, sambil mencium telinga kiri Ayu, terdengar Fajar berkata perlahan, “Niinn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Fajar itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan kengiluan.
Fajar, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Ayu yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Ayu tetap mencoba menahan tekanan badan Fajar. Mungkin, entah karena tusukan penis Fajar yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over size, langsung saja Ayu berteriak kecil, “Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Ayu yang mengangkang itu terlihat menggelinjang. Kepala penis Fajar yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Ayu, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Fajar, sehingga belahan kemaluan Ayu terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Fajar itu. Kedua bibir kemaluan Ayu tertekan masuk begitu juga clitoris Ayu turut tertarik ke dalam akibat besarnya kemaluan Fajar.
Fajar menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.
Ayu mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Fajar.
“Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Ayu masih merasa sakit”, sahut Fajar dan tanpa menunggu jawaban Ayu, segera saja Fajar melanjutkan penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina Ayu yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.
Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Ayu, terlihat muka Ayu meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Fajar bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa?”, Ayu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Fajar dan Fajar segera kembali menekan penisnya lebih dalam, masuk ke dalam lubang kemaluan Ayu.
Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika penis Fajar telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Ayu, terlihat Ayu telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Fajar, akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Fajar menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah Ayu meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena Ayu tidak mengeluh maka Fajar meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, “Blees”, Fajar menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Ayu rapat-rapat pada sofa.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Ayu, “Aduuh”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis Fajar di dalam kemaluannya. Fajar mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Ayu sejenak, agar tidak menambah sakit Ayu sambil bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, Ayu dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.., kit!”, lalu Fajar mencium wajah Ayu dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Fajar bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Ayu dalam pelukannya.
Tak selang lama kemudian terlihat badan Ayu bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Ayu bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Fajar, Ayu mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Ayu terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Fajar yang masih tetap berayun-ayun itu.
aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.
“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lillian penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan Lillian masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada saat rudalku hendak menerobos masuk.
“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya. “Aagghh”, mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.
“Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya.
“Ayo Dik.., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam.., yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mm..”.
Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Lill.., terima yaa”.
Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian. Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, “..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga mengalami orgasme dengan dahsyat.
Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami. Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Lillian.
Kini kami menyaksikan bagaimana Fajar sedang mempermainkan Ayu, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Fajar, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Fajar terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Fajar mengerjai Ayu dengan sangat brutal dan kasar. Ayu benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Fajar menyakiti Ayu, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan Ayu ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Ayu atas apa yang dilakukan oleh Fajar terhadapnya.
Fajar mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Ayu berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Ayu ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Ayu sambil memegang belakang kepala Ayu, dia membantu kepala Ayu bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut Ayu. Kelihatan Ayu telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Fajar, hal ini dilakukan Fajar kurang lebih 5 menit lamanya.
Fajar kemudian berdiri dan mengangkat Ayu, sambil berdiri Fajar memeluk badan Ayu erat-erat. Kelihatan tubuh Ayu terkulai lemas dalam pelukan Fajar yang ketat itu. Tubuh Ayu digendong sambil kedua kaki Ayu melingkar pada perut Fajar dan langsung Fajar memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Ayu. Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Ayu terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Fajar menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Ayu terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Fajar. Kaki Ayu terlihat merangkul pinggang Fajar, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Fajar. Fajar berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Ayu. Pantat Ayu terlihat merekah dan tiba-tiba Fajar memasukkan jarinya ke lubang pantat Ayu. “Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Fajar, badan Ayu terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Fajar. Suatu pemandangan yang sangat seksi.
Ketika Fajar merasa capai, Ayu diturunkan dan Fajar duduk pada sofa. Ayu diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Ayu terkangkang di samping paha Fajar dan Fajar memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Ayu dari bawah. Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Fajar memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Ayu yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Fajar menyentuh paha Ayu. Kedua tangan Fajar memegang pinggang Ayu dan membantu Ayu memompa penis Fajar secara teratur, setiap kali penis Fajar masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Fajar. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.
Kemudian Fajar mendorong Ayu tertelungkup pada sofa dengan pantat Ayu agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Fajar akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh Ayu. Dari belakang pantat Ayu, Fajar menempatkan penisnya diantara belahan pantat Ayu dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina Ayu dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina Ayu. Jari jempol tangan kiri Fajar dimasukkan ke dalam lubang pantat. Ayu setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Fajar yang dahsyat itu. Badan Ayu dicoba ditarik ke depan, tapi Fajar tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Ayu dan mengikuti arah badan Ayu bergerak.
Ayu benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Fajar mencapai payudara Ayu dan mulai meremas-remasnya. Tak lama kemudian badan Ayu bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar, “Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Ayu mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Fajar mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Ayu, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Ayu dari belakang. Sementara badan Ayu bergetar-getar dalam orgasmenya, Fajar sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan Ayu, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina Ayu ikut berputar-putar mengebor liang vagina Ayu sampai ke sudut-sudutnya.
Setelah badan Ayu agak tenang, Fajar mencabut penisnya dan menjilat vagina Ayu dari belakang. Vagina Ayu dibersihkan oleh lidah Fajar. Kemudian badan Ayu dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Fajar memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Ayu ikut aktif membantu memasukkan penis Fajar ke vaginanya. Kaki Ayu diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Fajar. Fajar terus menerus memompa vagina Ayu. Badan Ayu yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Fajar, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Fajar. Kadang-kadang terlihat tangan Ayu meraba dan meremas pantat Fajar, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Fajar. Gerakan pantat Fajar bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Ayu, tiba-tiba, “Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Fajar menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Ayu ke sofa, sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Ayu, pantat Fajar terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Ayu, sambil kedua tangannya mendekap badan Ayu erat-erat. Dari mulut Ayu terdengar suara keluhan, “Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.
Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Fajar kemudian merebahkan diri di atas badan Ayu yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Ayu. Ayu melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat. Aku tidak bisa melihat ekspresi Fajar karena terhalang olah tubuh Ayu. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Ayu mengalir cairan mani. Kemudian Ayupun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Fajar dengan mulutnya, itu membuat Fajar mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.

Rabu, 17 April 2013




Prediksi Togel Hongkong HK rabu 17-04-2013Prediksi Togel Hongkong rabu 17-04-2013| Prediksi Jitu Togel Hongkong srabu 17-04-2013 | Angka Jitu No Keluaran Togel Hongkong selasa rabu 17-04-2013| Bocoran SGP minggu ini khusus untuk keluaran Angka 4D,3D,2D. Terus datang kesini karena besok akan ada Prediksi Togel Singapura rabu 17-04-2013

Prediksi angka mainKeluaran Togel hongkong hari ini selasa rabu 17-04-2013.

Prediksi Togel Hongkong
rabu 17-04-2013

Angka Main Ck : 3,4,1,2
Colok bebas : 5
Angka Mati  :3

Selasa, 16 April 2013

Togel Hongkong selasa 16 April 2013








Prediksi Togel Hongkong HK selasa 16 April 2013Prediksi Togel Hongkong selasa 16 April 2013| Prediksi Jitu Togel Hongkong selasa 16 April 2013 | Angka Jitu No Keluaran Togel Hongkong selasa 16 April 2013| Bocoran SGP minggu ini khusus untuk keluaran Angka 4D,3D,2D. Terus datang kesini karena besok akan ada Prediksi Togel Singapura selasa 16 April 2013

Prediksi angka mainKeluaran Togel hongkong hari ini selasa 16 April 2013.

Prediksi Togel Hongkong selasa 16 April 2013

Angka Main Ck : 1,5,4,3
Colok bebas : 8
Angka Mati  : -